Kepadamu ruang redup...
Takkan pernah rajuk
membujuk potret kusam masa silam. Mulanya sendu berangin, melayang-layangkan
daun yang ingin kembali pada rantingnya yang masih mengangah sigap di atas tuan
petuah. Bukan kembali meranting, tapi, ia melayang semakin jauh dan hilang. Begitu
malang tuan yang tak berniat membuang harus merayakan kehilangan. Tak
kepalangtanggung sumpah-sumpah bencanapun tercaci maki memakan daging hati,
melumat seisinya yang bersemikan cinta suci.
Kepadamu ruang redup...
Bunga malam kala itu
menumpahkan embun tak berwadah. Mengalir dengan deras membasahi permukaan yang
ada. Gubahan sukma tersia pula oleh pinta logika suara, sepasang jiwapun
berputus asa kala mendayung perahu di samudera berbeda. Tak kuasa lagi hati
menuai diksi tuk memanipulasi cinta yang suci. Bertahan diri menanggung segala
derita misteri.
Kepadamu ruang redup...
Kini pusaka cinta suci
yang tersemat di hati, mulai berbenah mata. Meratapi lentera hidup yang kini
tak bermakna. Ia mencoba Mencari sejumlah obrolan singkat melalui semesta. Dalam
keterasingan jiwa yang berduka akan temu yang tak kunjung tiba. Setiap pukul
lima empat puluh lima sore menjadi pilihan terbaiknya. Kala manja bersama angin
di pesisir yang diramaikan ombak, sering pula dihiasi sepasang merpati
bertengger di atas karang yang terselamat akan kebasahan serta dilengkapi
dengan langit kemerahan yang meluas ke seluruh penjuru mata angin. Ratapannya
singkat, mewakili perasaan hebat yang terguncang dahsyat. Dan kini mulai
membengkak dengan senyum kepalsuan.
Kepadamu ruang redup...
Tiada bunga yang
bermekaran ingin layu dalam nafas yang teramat panjang. Bagai pucuk yang tak
beranak sama sekali di sekitarnya. Menjadikan sepi merayukan sendu bernuansakan
cinta, guna menghitung-hitung hari yang terus berganti. Berharap relung
terobati meskipun tiada terikat janji ketika menyuarakan mimpi. Sungguh
malangnya nasib dua hati yang kini beradaptasi menghidupkan kembali sejumlah
asa yang tersia masa. Menjaga pusaka cinta yang termakan jarak. Tanpa peralihan
jiwa, tetap bertahta tanpa sepengetahuan bersama.