September silam, menarik sekali rencana Tuhan, membiarkan kita berpapasan membaca tulisan mata penuh canda tawa. Kita menghabiskan semusim dalam sekejap.
Apakah kau merasakan sesuatu yang tertinggal atau semua hanya menjadi hujan?
Kiranya aku, mungkin akan kau sebut hujan. Sebab, Pesan singkatmu semalam seakan basah tak pernah mengering tanpa menyesali kehadirannya turun ke bumi. Mungkin kau pernah menghitung rintik-rintiknya atau memang masih menghitungnya.
Maafkan aku!
Andai memang benar, menjadi hujan. Hujan yang tanpa sengaja menghujani hatimu, hujan yang membuatmu nyaman, hujan yang membuatmu tak ingin merasakan kemarau dan hujan yang terus kau harapkan membasahi hatimu. Jika itu alasanmu, maka aku akan tetap menjadi hujan. Hujan yang banyak orang tidak menginginkannya serta hujan yang banyak orang membencinya. Dengan demikian, aku hanya untukmu yang menyukai hujan karena yang menginginkanku hanya dirimu, hatimu.