Hanya Rumah Kenangan, Bahasa Rindu, Budak Jarak, Amarah, Ucap Mata, dan Aroma Takdir.
Selasa, 02 Agustus 2016
CINTA UKHTI
Gubahan hatinya terucap suci
Dalam do'a menjemput tirakat mimpi
Tentang cinta dan pengharapan tersusun rapi
Begitulah Ukhti berjalan tertatih sendiri
Sempat nian ia bercakrawala bersama ilusi
Antara asa dan sia bermain di hati
Seiring senjanya berlalu pergi
Bersama paginya tak berisi
Ukhti tak pernah berkecil hati meskipun ia tak setegar Kartini
Akan tetapi; cinta sejatinya tak pernah mati
Cukuplah hatinya seiring merasakan
Biarlah nanti takdir menentukan
Begitulah syair-syair cinta ikhlasnya
Ukhti percaya akan semua rencanaNya
Untuk sebuah akhir penantiannya
WANITA SENJA
Dia terperangah menatap langit merah
Tatapannya kosong membahana
Mengadu nasib dalam kebisuan
Melontar segala harapan yang tersiakan
Dalam hidupnya penuh dilema
Teriringi kemalangan hati bertubi-tubi
Hanya kesepian..
Tiada bait cerita tuk bahagia
Meski senyumnya tak beri isyarat kecewa
Kepada senja ia menumpahkan segalanya
LARA
Masih
selalu kuingat saat kau menangis
Masih
selalu kuingat saat kau tak ingin pergi
Sadarilah..
Kita hanya bisa berharap, bermimpi
Betapa
aku cinta begitu juga kau
Kita tak bisa berbuat lebih
Mungkin
hanya ada senyum kemunafikan
Karena
ketidakrelaan yang terpendam
Betapa
hati mendadak sakit
Saat kau bercerita untuk
pamit
Rasanya..
Baru saja kemarin taman
ini berbunga
Kini layu seperti semula
Kini layu seperti semula
Perlahan gugur dan
berduka
Berserakan
dengan kecewa
Tersiksa tanpa logika
Menyedihkan
bukan....
Sementara
aku, tak begitu yakin dengan tangismu
Bagaimana
bisa aku menerka?
Tentang
pengakhiran yang tak kuduga sebelumnya
Kau
menangis dengan seribu kata maaf
Aku terdiam dengan
kegetiran luka terdalam
Seperti
itu pula bulan yang terlelap di hati
Yang
bersanding kelam dan kedinginan
Seperti
meninggalkan hati yang tak ingin pergi
Perhatikan saja lamunan sesaatku ini
Mata
ini tentangmu, tangismu dan rasa tidak percayaku
Henyak
kaki pun mengejutkanku, sejenak dan tidak lama
Entah
pasti ataukah ilusi atau hanya sebuah analogi
Selamat
tinggal kenangan
Selamat
jalan mimpi terindah
Pamitmu
kusambut seutuhnya
Tangismu
kuhapus seikhlasnya
Biarkanlah
ini seperti seharusnya....
Biarkan
saja, harapan demi harapan itu memudar
Biarkanlah,
malam-malam tak lagi menemani kita
Dan
biarkan, pagi menjawab semuanya
Kepada
siang yang menyaksikan kita, tak seperti dulu lagi.....
Semua tak lagi sama, semua sudah berubah, segalanya telah berakhir
Terima kasih
untuk waktu yang sesingkat-singkatnya
Pergilah
dengan indah
Aku rela sepenuhnya
Ini
yang terbaik, ini sudah suratan, inilah takdir Tuhan
Dan
benar adanya, karena aku tidak sedang berpura-pura
CATATAN SEMU
Bisa
apa?
Hanya
ada catatan tentangmu
Ku
jadikan penawar sepiku
Pelengkap
doa setiap ingin tidur
Hanya
itu kurajut setiap malam
Karenamu
aku mampu tersenyum
Aku
mampu belajar memahami mimpi burukku
Aku
mampu menepis kekosongan yang setia padaku
Karenamu
juga aku sadar
Lebih
baik mengais derita tanpa cerita
Aku
memilih kita melalui ini dengan senyuman
Sebab cinta bukan milik kita
Kita
hampir saja lupa
Kala
manja membuai hati kita berdua
Bisa
apa?
Hanya
bisa menulisnya dengan sederhana
SEMALAM
Antara
pagi dan malam hari
Selembar kertas tertulis
Menyulitkan tuk mengerti seuntai misteri
Hidup terpatri tempat gurauan ajaib
Bukan
cerita pula derita
Jikalau bimbang
bercakrawala
Cukup
nian dusta tertera
Luput
sudah aku membaca aksara dunia
Pura-pura
saja aku bisa menerka
Kuputar kembali suara hebat pendusta
Setinggi
langit ia memuja sukma
Menghebatkan
semua penerima asa
Antara
pagi dan malam hari lagi
Aku
kembali mewaraskan diri
Sejenak
ku lihat sebelah kiri
Semalam ku telah bermimpi reti
Kian
pasti ku temui pendusta sejati
Mengelabui
seisi bumi pertiwi
Langganan:
Postingan (Atom)