Masih
selalu kuingat saat kau menangis
Masih
selalu kuingat saat kau tak ingin pergi
Sadarilah..
Kita hanya bisa berharap, bermimpi
Betapa
aku cinta begitu juga kau
Kita tak bisa berbuat lebih
Mungkin
hanya ada senyum kemunafikan
Karena
ketidakrelaan yang terpendam
Betapa
hati mendadak sakit
Saat kau bercerita untuk
pamit
Rasanya..
Baru saja kemarin taman
ini berbunga
Kini layu seperti semula
Kini layu seperti semula
Perlahan gugur dan
berduka
Berserakan
dengan kecewa
Tersiksa tanpa logika
Menyedihkan
bukan....
Sementara
aku, tak begitu yakin dengan tangismu
Bagaimana
bisa aku menerka?
Tentang
pengakhiran yang tak kuduga sebelumnya
Kau
menangis dengan seribu kata maaf
Aku terdiam dengan
kegetiran luka terdalam
Seperti
itu pula bulan yang terlelap di hati
Yang
bersanding kelam dan kedinginan
Seperti
meninggalkan hati yang tak ingin pergi
Perhatikan saja lamunan sesaatku ini
Mata
ini tentangmu, tangismu dan rasa tidak percayaku
Henyak
kaki pun mengejutkanku, sejenak dan tidak lama
Entah
pasti ataukah ilusi atau hanya sebuah analogi
Selamat
tinggal kenangan
Selamat
jalan mimpi terindah
Pamitmu
kusambut seutuhnya
Tangismu
kuhapus seikhlasnya
Biarkanlah
ini seperti seharusnya....
Biarkan
saja, harapan demi harapan itu memudar
Biarkanlah,
malam-malam tak lagi menemani kita
Dan
biarkan, pagi menjawab semuanya
Kepada
siang yang menyaksikan kita, tak seperti dulu lagi.....
Semua tak lagi sama, semua sudah berubah, segalanya telah berakhir
Terima kasih
untuk waktu yang sesingkat-singkatnya
Pergilah
dengan indah
Aku rela sepenuhnya
Ini
yang terbaik, ini sudah suratan, inilah takdir Tuhan
Dan
benar adanya, karena aku tidak sedang berpura-pura