Menata kembali hati yang
tercabik menanti
Menutup diri dari kelukaan
hati terperih
Cermin-cerminku pun berbisik
Merelakan adalah pilihan
terbaik...
Sejenak aku tersenyum dan
bertanya lugu pada dinding kamar
Apakah bisikan cermin adalah
keputusan terbaik?
Aku tak mendengar jawabannya
namun batin ku terusik
Sambil mengulit rasa yang
mulai membelit
Rasanya begitu pelit tuk
membinasakan hal tersulit
Aku terhimpit diantara
keputusan pahit
Berada diantara romansa kritis
nan dramatis
Berharap harmonis dalam
kisah romantis
Namun sedari dulu bertalenta
pesimis
Aku terlalu banyak
berandai-andai
Sehingga lupa diri pada siapa
aku berharap..
Kemudian selimut tebal
menenangkanku
Membujukku dengan lembut
jemarinya
Sembari berkata : sudahlah, impianmu terlalu besar. Sampai kapanpun dia takkan pernah melihat kamu yang
sedang menunggunya.
Aku pun berdiam untuk berfikir
Memang benar adanya aku hanya sering
berandai