Nama :
Julian Anggar Kesuma Siregar
NIM :
150388201092
Mata kuliah :
Wacana Bahasa Indonesia
Tugas :
Menulis Artikel
Sastra Indah dan Bahasa Nyawanya
Barangkali
banyak orang memiliki definisinya sendiri tentang sastra karena sastra memang
memiliki ruang lingkup yang luas sekali. Sastra itu indah, dan di balik
keindahannya itu tentu ada beberapa hal mendasar yang menjadi bukti kekuatan
dari kata sastra tersebut. Seperti yang diketahui bahwa sastra merupakan kata
serapan dari bahasa sanksekerta yakni ‘Shastra’, artinya ‘teks yang mengandung
instruksi atau pedoman’. Berasal dari kata ‘Sas’ yang berarti ‘Instruksi’,
sedangkan ‘Tra’ berarti ‘alat atau sarana’.
Bahasa Indonesia sendiri kata ini digunakan untuk merujuk ‘kesusastraan’
atau lebih dikenal lagi jenis tulisan yang memiliki arti dan makna juga
keindahan tertentu yang mampu menyentuh hati, perasaan, dan jiwa. Namun, tidak
hanya sebatas tulisan saja tetapi dalam lisan juga memiliki arti, makna dan keindahan.
Hal
yang mengacu dalam sastra itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu sastra tertulis
dan lisan (oral). Berdasarkan hal
tersebut, maka sastra dalam bentuknya dibagi menjadi tiga, yaitu Prosa, Fiksi,
dan Drama. Dapat diketahui bahwa Prosa merupakan karya sastra yang tidak
terikat, sedangkan fiksi dan karya sastra yang terikat dengan kaidah atau
aturan tertentu. Misalnya, karya Sastra fiksi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair,
sedangkan contoh karya sastra Prosa yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
Seperti yang dikatakan Mursal Esten (1978: 9) bahwa Sastra
atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif
sebagai manifestasi kehidupan manusia melalui bahasa sebagai medium, memiliki
efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan). Hal hampir senada
juga diungkapkan Panuti Sudjiman (1986: 68) bahwa Sastra sebagai karya lisan
atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan,
keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya.
Dari kedua pendapat para ahli di atas, jelas, bahwa
karya sastra baik itu tulisan maupun lisan merupakan ungkapan buah pemikiran
yang memiliki makna tersirat yang indah juga memiliki kekuatan yang dapat
menyentuh hati, perasaan, dan jiwa manusia. Arti lain yang dapat diambil bahwa karya sastra itu sendiri memiliki
nilai-nilai kehidupan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Sesuatu yang
bisa membuka ladang pikiran manusia sehingga dapat menerapkannya dalam
kehidupan ini dengan baik.
Terkait pada sastra itu sendiri tentu tidak lepas
dari peran bahasa yang menjadi alat dalam mengungkapkan kata-kata baik secara
tulisan maupun lisan. Bahasa memiliki peran penting dalam sastra atau
kesusastraan karena dengan bahasalah sastra itu memiliki makna dan arti yang
indah. Bahasa lumrahnya sebagai alat ucap berkomunikasi paling baik yang mencerminkan
kepribadian seseorang. Hal ini tentu bisa dipahami bahwa bahasa sudah memiliki
kekuatan tersendiri.
Seperti yang diungkapkan Syamsuddin (1986: 2),
beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai
untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatan-perbuatan, alat
yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda
yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari
keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Berdasarkan
pendapat Syamsudin (1986: 2) tersebut, jika dihubungkan dengan sastra tentu
bisa disimpulkan dari ungkapan manusia yang tertulis maupun lisan dapat
memengaruhi dan dipengaruhi sekaligus mencerminkan kepribadian penulis dan penutur
itu sendiri.
Definisi lain yang dapat dipelajari, yakni bahasa
adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan atau sesuatu sistem lambang bunyi
yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu
sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian
tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12). Bisa digarisbawahi pada pernyataan
Mackey (1986: 12) di bagian kata ‘suatu bentuk dan bukan suatu keadaan’. Hal
tersebut dapat dipahami bahwa tidak semua bahasa itu terikat dengan sastra,
tetapi sastra sudah pasti terikat dengan bahasa. Alasannya karena tidak setiap
hal yang disebut sastra digunakan dalam keadaan yang terjadi di kehidupan
sehari-hari. Namun yang terdapat di dalam sastra itu sendiri merupakan sebagian
besar yang menyiratkan kehidupan sehari-hari.
Bahasa itu bebas tidak terikat, sedangkan sastra itu
luas penuh arti dan makna juga keindahan yang menyentuh hati, perasaan, dan
jiwa. Hal ini dapat diambil kesimpulannya bahwa sastra indah, punya arti dan bermakna
karena bahasa adalah nyawanya dalam sebuah karya sastra yang tertulis maupun
lisan. Tanpa bahasa tidak akan menjadi sebuah karya sastra, sedangkan dengan
berbahasa belum tentu menjadikan sebuah karya sastra.
Sumber:
Esten, Mursal. 1978. Kesusasteraan : Pengantar
Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa
Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra.
Jakarta : Gramedia
Syamsuddin, A.R. Sanggar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Universitas Terbuka Jakarta. 1986.
Mackey, W.F. Analisis Bahasa. Surabaya: Usaha
Nasional. 1986.